sugarleaf natural sweetener : a very low calorie (0,18 kkal/sachet)

PJ Usaha Dawa Alam meluncurkan produk gula herba stevia yang diberi nama SUGARLEAF Natural Sweetener (Pemanis Alami Pengganti Gula). Merupakan hasil ekstrak dari daun Stevia Rebaundiana Bertoni. Pemanis alami pengganti gula pasir (gula tebu) yang biasa kita konsumsi sehari-hari.

Dalam hal merubah kebiasaan mengganti konsumsi gula pasir dengan pemanis alami tentunya memerlukan waktu. Belum lagi perbedaan karakter rasa manis yang berbeda antara gula pasir dengan gula stevia. Namun demi kualitas kesehatan yang lebih baik (misal : terhindar dari penyakit diabetes), tentu konsumsi gula stevia sebagai pengganti gula pasir patut untuk dipertimbangkan.

Selama ini produk steviosida yang beredar di Indonesia hampir seluruhnya merupakan produk impor, dimana tentunya akan berpengaruh terhadap harga jual yang relatif mahal. Sementara pasien diabetes berasal dari berbagai tingkat strata ekonomi. Dengan produksi yang dilakukan di dalam negeri dapat menekan biaya produksi dimana efeknya akan berimbas terhadap harga jual, sehingga diharapkan semua lapisan masyarakat dapat memanfaatkan produk yang sangat bermanfaat bagi kesehatan ini.

Jika selama ini pembaca hanya disuguhi artikel seputar kelebihan gula herba stevia, saat ini sudah memungkinkan untuk mendapatkan produk gula herba stevia. Sebagaimana ditulis di halaman ini maupun di website yang lain tentang kelebihan stevia sebagai pemanis alami, tentu akan lebih lengkap jika produk yang dimaksud dapat dihadirkan juga.

SUGARLEAF NATURAL SWEETENER
Rp. 15.000/box (30 sachet @ 1 gr)
(Rp. 500/sachet)

Produk ini diproses tanpa penambahan pemanis buatan seperti aspartam, siklamat atau yang lain.

gula herba stevia : alami, sehat dan aman !

Bahan tambahan makanan ramai dibicarakan akhir-akhir ini. Salah satu bahan tambahan makanan adalah pemanis makanan. Banyak jenis pemanis diantaranya saccarin, aspartam dan stevia.

Gula yang dibuat dari tebu, bagi penderita diabetes pastilah akan ditakuti. Kandungan kalorinya bisa menjadi ancaman serius bagi mereka yang terkena penyakit itu dan untuk orang yang sedang menjalani program diet.

Namun jangan bingung, sekarang daun Stevia Rebaudiana Bertoni, mengandung bahan pemanis alami non-kalori dan mampu menghasilkan rasa manis 70-400 kali dari manisnya gula tebu, dapat dijadikan bahan dasar industri gula non-kalori atau bahan dasar industri makanan serta minuman atau jamu tradisional.

Pada tahun 1887 peneliti ilmiah Amerika Antonio Bertoni menemukannya. Bertoni menamakannya Eupatorium Rebaudianum Bertoni, kemudian dimasukkan dalam genus stevia (1905). Diduga lebih dari 80 jenis spesies stevia tumbuh liar di Amerika Utara dan 200 jenis spesies alami di Amerika Selatan. Namun hanya Stevia Rebaudiana yang diproduksi sebagai pemanis

Stevia adalah tumbuhan perdu asli dari Paraguay, cocok pada tanah berpasir dengan tinggi tanaman maksimal 80 cm. Daunnya mempunyai rasa lezat dan menyegarkan. Gula stevia telah di komersialkan di Jepang, Korea, RRC, Amerika Selatan untuk bahan pemanis bagi penderita diabetes dan kegemukan.

Stevia yang pernah ditanam di Indonesia berasal dari Jepang, Korea dan China. Bahan tanaman tersebut berasal dari biji sehingga pertumbuhan tanaman stevia di lapangan sangat beragam.

Kualitas daun stevia dipengaruhi banyak faktor lingkungan seperti jenis tanah, irigasi, penyinaran dan sirkulasi udara. Harus dijaga dari gangguan bakteri dan jamur. Kualitas stevia didasarkan atas aroma, rasa, penampakan dan kemanisannya. Penggunaan stevia memberikan rasa yang unik, tidak seperti pemanis kebanyakan yang menimbulkan rasa pahit pada bagian akhirnya. Rahasia kemanisan stevia terletak pada molekul kompleksnya yang disebut steviosida yang merupakan glikosida disusun dari glukosa, sophorose dan steviol.

Apakah stevia aman ? Jawabannya adalah PASTI !

Baik oleh umum maupun bagi penderita diabetes, hypoglycemia, candida, tekanan darah tinggi dan kelebihan berat badan. Stevia merupakan pemanis pilihan untuk generasi masa depan. Stevia merupakan salah satu tanaman kesehatan yang paling diminati di dunia sekarang ini. Karena tubuh manusia tidak memproses glikosida dari daun stevia tetapi mendapatkan kalorinya.

Dari laporan kesehatan yang diterima baik laporan laboratorium maupun pengguna konsentrat stevia. Penelitian ilmiah mengindikasikan bahwa stevia efektif meregulasi gula darah dan kedepannya membuatnya normal. Studi juga mengindikasikan bahwa stevia memberi efek berbeda pada orang yang memiliki tekanan darah rendah dan tekanan darah normal. Dia juga menghambat pertumbuhan bakteri dan organisme yang menyebabkan infeksi, termasuk bakteri yang menyebabkan gangguan gigi dan penyakit gusi. Gambaran Ini diperkuat dengan laporan pengguna stevia yang lebih tahan terhadap serangan flu.

Stevia untuk perawatan tubuh.

Air pada konsentrat daun stevia dapat digunakan sebagai perawatan kulit. Di Paraguay konsentrat stevia digunakan untuk membuat sabun herbal, masker wajah, krim rambut dan shampoo.

Pemanis yang tidak menyebabkan gigi berlubang ....

Selama masa balita diketahui bahwa makanan dengan pemanis seperti permen, es krim, soda dan kue menyebabkan gigi berlubang. Banyak terdapat bakteri dimulut, pada umumnya Strepcocci mutans, yang memfermentasikan gula menjadi asam. Asam ini menempel pada email gigi yang menyebabkan gigi berlubang. Steviosida dan Rebaudiosida A dari penelitiannya Das, 1992 disimpulkan bahwa keduanya tidak menyebabkan gangguan pada gigi karena keduanya tidak dapat difermentasikan oleh bakteri.

Stevia dapat menurunkan berat badan dan mengatur berat badan karena dapat mereduksi makanan bergula dan berlemak. Dari penelitian juga disebutkan bahwa stevia mengatur mekanisme rasa lapar seseorang yang membuat kontraksi pada perut agar rasa lapar datang lebih lambat. Keuntungan lain dari penggunaan stevia adalah dapat meningkatkan kemampuan lambung dan daya cerna pencernaan untuk mengurangi resiko pada perokok dan peminum.

Pada tahun 1986 peneliti dari Brazil di Universitas Maringa dan Sao Paolo mengevaluasi kandungan gula darah seseorang (Curi, 1986). Enam puluh sukarelawan diberi stevia sebanyak 5 g selama 3 hari setiap 6 jam. Ekstrak ini direbus selama 20 menit. Tes Toleransi Glukosa (TTG) didemokan dengan membandingkan antara para sukarelawan ini dengan orang yang tidak mengkonsumsi stevia. Pemeriksaan pada sukarelawan menunjukkan penurunan kadar gula darah yang signifikan. Ini mengindikasikan bahwa stevia merupakan substitusi pemanis yang potensial dan aman bagi penderita diabetes.

Sampai saat ini belum ada komplain pada pengguna stevia, selama penggunaannya hampir 1500 tahun di Paraguay dan 20 tahun di Jepang. Peneliti menemukan bahwa stevia aman dikonsumsi melalui penelitian yang intensif seperti dilaporkan oleh Dr. Daniel Mowrey.

Kandungan Stevia

Daun Stevia klon BPP 72 mempunyai kandungan steviosida 10-12 % dan rebaudiosida 2-3 %. Selain mengandung glikosida, juga mengandung protein, serat, karbohidrat, mineral, vitamin A, vitamin C dan 53 komponen lainnya. Produknya berupa steviosida, Rebaudiosida, ekstrak, dan konsentrat. Ekstraknya dalam bentuk steviosida dapat mencapai kemanisan 70-400 kali dari gula biasa.

Kegunaan produk :

Sangat dianjurkan bagi penderita diabetes atau masalah kelebihan berat badan/obesitas. Boleh dikonsumsi bagi orang sehat untuk minuman sehari-hari. Gula stevia adalah gula herba alami sehingga tidak mempunyai efek samping serta aman.

sejarah teh dunia

Asal-usul Teh

Bangsa Cina telah minum teh selama 5.000 tahun. Asal mula teh pada awalnya masih merupakan legenda . Legenda yang paling terkenal adalah cerita tentang Kaisar Shen Nung (diucapkan ‘Shay-Nung'). Penemuan teh olehnya belum ditempatkan secara tepat dalam sejarah, yaitu pada tahun 2737 sebelum masehi.


Selama ribuan tahun, bangsa Cina meminum teh untuk kesehatan dan kenikmatan. Tidak seorangpun tahu apa yang menyebabkan mereka tertarik dengan daun hijau serta mengkilap dari Camellia sinensis , tetapi legenda popular dapat memberi pengetahuan kepada kita.
Pada suatu hari, ketika Kaisar Shen Nung akan minum air mendidih, beberapa daun dari pohon yang menjuntai tertiup angin dan jatuh di panci berisi air mendidih tersebut. Sang Kaisar ingin tahu dan memutuskan untuk mencicipi air rebusan yang tidak menyerupai minuman tersebut. Kaisar menemukan air rebusan itu sedap dan menyegarkan tubuh.

Legenda dari India menghubungkan penemuan teh dengan biarawan Bodhidharma. Sang biarawan sangat kecapekan setelah mengakhiri pertapaannya selama 7 tahun. Dalam keputus-asaan dia mengunyah beberapa daun yang tumbuh didekatnya, yang dengan serta-merta menyegarkannya kembali.
India saat ini merupakan penghasil teh terbesar di dunia, tetapi tidak ada catatan sejarah mengenai minum teh di India sebelum abad kesembilan belas.

Eksperimen dari Bodhidharma mengunyah teh tidak pernah disebarkan kepada masyarakat umum pada saat itu.
Mitologi lain dari Jepang mengenai biarawan yang bertapa, Bodhidharma, menjelaskan bagaimana ia membuang kelopak matanya yang berat ke tanah karena merasa frustasi tidak mampu untuk tetap terjaga. Pohon teh tumbuh dimana ia membuang kelopak matanya. Dedaunan dari pohon yang baru tumbuh ini secara ajaib menyembuhkan kepenatannya.

Teh bukan asli dari Jepang, maka mitologi ini tidak memberikan penjelasan untuk keberadaanya secara mendadak di Jepang. Realitanya kurang beragam: di awal abad kesembilan, seorang biarawan dari Jepang yang pulang dari pengembaraan, bernama Dengyo Daishi membawa biji tanaman teh dari Cina.
Metode pembuatan teh dengan panci terbuka yang diperkenalkan oleh Kaisar Shen Nung terbukti setelah sekian lama waktu berjalan. Hal tersebut membutuhkan waktu 4.000 tahun sebelum metode pembuatan teh yang kita kenal sekarang dikembangkan. Pada masa Dinasti Ming (1368-1644), bangsa Cina mulai membuat teh dengan air mendidih. Dengan sedikit adaptasi, tempat penuang anggur tradisional dari China yang menggunakan penutup menjadi teko teh yang sempurna.

Teh

‘Teh' dengan segala variasinya di dunia dalam pengejaan dan pengucapan berasal dari sumber tunggal. ‘Te', berarti ‘teh' dalam dialek Cina Amoy. Bahasa Cina nasional dari kata teh, ‘cha', juga menghasilkan beberapa turunan kata lain di dunia.
Teh masuk ke Eropa pada awal abad ketujuhbelas. Dibandingkan kelebihan teh dalam hal pengobatan, bangsa Eropa lebih memilih aroma kopi. Hanya diantara beberapa golongan kecil dari kaum bangsawan, yang mempopulerkan teh.

Masuknya Teh ke Eropa


Pada awal abad ketujuh belas pedagang dari bangsa Belanda dan Portugis pertama kali memperkenalkan teh ke Eropa. Pedagang Portugis mengirimkan dengan kapal dari pelabuhan Cina, Macau, sedangkan pedagang Belanda membawanya dari Indonesia ke Eropa.


Minuman baru yang datang bersamaan dengan muatan sutera dan rempah-rempah ini tidak mengalami sukses dalam sekejap. Bangsa Eropa mencicipi teh, tetapi mereka lebih memilih aroma kopi. Sedangkan pedagang Inggris menunggu hingga tahun 1652 sebelum akhirnya mulai memperdagangkan teh.

Bangsa Rusia merupakan penggemar awal teh. Teh yang mereka konsumsi datang melalui jalur darat dari Cina menggunakan kereta yang ditarik oleh unta.
Ketika penggemar teh di Rusia meningkat, barisan unta yang membawa teh semakin memanjang.

Pada akhir abad kedelapan belas, beberapa ribu kereta yang ditarik unta, kira-kira 200-300 kereta pada satu saat menyeberangi perbatasan Cina. Jalur kereta api lintas Siberia menggantikan kereta yang ditarik unta, tetapi perjalanan romantik tersebut menyisakan ingatan yang popular atas campuran lembut teh hitam Cina yang terkenal sebagai Karavan Rusia.

Kemajuan Melalui Kerajaan


Pada abad ketujuhbelas di Eropa, tak satupun yang menolong penjualan teh selain pelanggan dari keluarga kerajaan.
Acara minum teh menjadi istimewa pada tahun 1662, ketika Raja Charles II dari Inggris menikah dengan Catherine dari Braganza, seorang putri berkebangsaan Portugis dan seorang penggemar teh. Catherine mengawali tradisi minum teh dalam istana, dengan menggunakan mangkuk dan teko teh transparan buatan Cina – dan segera para anggota istana lain mengikuti caranya. Pada saat itu harga teh dinilai mahal, namun sekarang sudah menjadi umum. Seketika teh menjadi mode dan eksklusif. Menurut sudut pandang kaum bangsawan, hal tersebut merupakan sesuatu yang menarik.

Pada abad ketujuhbelas di Eropa, teh merupakan produk praktis yang memiliki kegunaan besar. Kebanyakan air tidak layak diminum. Bagi yang ingin menghindari penyakit, pilihan yang ada tidak membangkitkan semangat: secangkir air mendidih, atau bir yang cukup kuat untuk membunuh bakteri.
Di Inggris dan beberapa negara, dimana bir adalah minuman yang umum untuk sarapan, teh menjadi altenatif lain yang disambut baik. Pada akhirnya teh menjadi pemuas dahaga yang hangat dan menyegarkan, penuh rasa, dan aman untuk diminum.

Pada abad ke delapanbelas di keluarga kaya, minum teh merupakan acara dalam perayaan besar. Daun teh yang bernilai tinggi seringkali disimpan dalam kotak penyimpanan yang berkunci, dimana hanya ada satu kunci. Sekali atau dua kali dalam seminggu, nyonya rumah akan membuka kuncinya dan menghidangkan teh untuk suguhan dalam keluarga, atau untuk memberi kesan pada tamu istimewa. Teh disajikan dengan porselin yang memiliki mutu baik, yang menandakan tingkat kekayaan, selain untuk menambah arti dari perayaan. Hal ini juga merupakan kesempatan bagi para wanita untuk memamerkan kulit mereka yang pucat dan struktur tulang yang lembut dibandingkan porselin Cina. Dua atribut ini merupakan tolok ukur kemurnian seorang wanita pada saat itu.

Kehidupan sosial pada awal pertengahan abad kedelapan belas beralih dari kebiasaan seperti kedai kopi digantikan dengan kebun teh. Kebun teh menjadi seperti surga: pohon-pohon di tepian jalan, lentera yang menerangi jalan setapak, musik, tarian, kembang api, dan makanan enak ditemani dengan secangkir teh yang nikmat.
Kebun teh tidak hanya tempat yang menyenangkan, tetapi juga merupakan tempat untuk pertemuan sosial. Di tempat eksotis ini, keluarga kerajaan dan rakyat biasa dapat berjalan bersama.

Konsumsi teh meningkat secara dramatis selama awal abad kesembilan belas. Mode dan penurunan harga membangun pasar yang sulit dipenuhi oleh para pemasok barang. Untuk menerobos monopoli dari Cina, perdagangan teh beralih ke India untuk mengisi kesenjangan.


India


Ketika konsumsi teh meningkat pada awal abad kesembilan belas, Perusahaan India Timur mencari sumber persediaan baru. Sejak bangsa Cina memonopoli penamanan teh, solusinya adalah dengan menanam teh dimana-mana.
Percobaan pertama dengan bibit teh dari Cina dikelola di Assam, timur laut India. Tetapi eksperimen ini tidak berhasil, meskipun bibit yang sama tumbuh dengan baik di Darjeeling, India bagian utara.

Kemudian pada tahun 1820, para ahli tumbuh-tumbuhan menemukan tumbuhan lokal yang belum teridentifikasi. Mereka mengirim contoh daun ke London untuk dianalisis. Contoh daun tersebut dengan segera dikenali sebagai teh –tanaman yang pada mulanya tidak dikenal di India– kemudian lahirlah industri teh India.


Pengemasan


Sampai pada tahun 1826, teh selalu dijual secara lepas. Hal ini mengundang niat jahat pengusaha toko untuk mengganti aroma teh dengan bahan tambahan. Pada tahun 1826, John Horniman mengembangkan (pre-sealed) pra penutup, kemasan teh dengan penutup dari timah, dimana hal ini tidak segera menyenangkan para penjual. Mereka lebih memilih untuk meningkatkan keuntungan dengan kebiasaan yang sudah ada. Horniman kemudian mencoba cara lain untuk memasarkannya. Dia menambahkan pesan kesehatan pada kemasan teh dan menjualnya ke apoteker dan ahli obat. Orang-orang ini dan pelanggannya jauh lebih bisa menerima pendekatan ini.


Keberadaan teh celup berasal dari kejadian yang tidak disengaja. Seorang pengimpor teh dari New York bernama Thomas Sullivan mengirimkan contoh teh kepada para pelanggannya dalam kantung sutera kecil.
Para pelanggan ini menyukai cara yang mudah ini, kemudian selanjutnya menghendaki semua teh untuk mereka dikemas dalam kantung.

Setelah 5.000 tahun, konsumsi dan produksi teh terus meningkat. Di dunia, secara kasar tiga juta ton teh dipanen setiap tahunnya.

Di negara-negara berkembang, minum teh ditiru dari bangsa Eropa seperti yang mereka lakukan tiga abad yang lalu. Cara yang nikmat untuk meminum air dengan aman. Di negara-negara berkembang, keinginan akan variasi dan aroma baru meningatkan konsumsi teh secara khusus.


European Masters Degree in Food Studies - an Educational Journey
Last Update: Monday 24 August, 2009 Food-Info.net is an initiative of Wageningen University, The Netherlands
Sumber : http://www.food-info.net/id/products/tea/history.htm

Sejarah teh di Indonesia

Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684, berupa biji teh dari Jepang yang dibawa oleh seorang Jerman bernama Andreas Cleyer, dan ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta. Pada tahun 1694, seorang pendeta bernama F. Valentijn melaporkan melihat perdu teh muda berasal dari China tumbuh di Taman Istana Gubernur Jendral Champhuys di Jakarta.

Pada tahun 1826 tanaman teh berhasil ditanam melengkapi Kebun Raya Bogor, dan pada tahun 1827 di Kebun Percobaan Cisurupan, Garut, Jawa Barat. Berhasilnya penanaman percobaan skala besar di Wanayasa (Purwakarta) dan di Raung (Banyuwangi) membuka jalan bagi Jacobus Isidorus Loudewijk Levian Jacobson, seorang ahli teh, menaruh landasan bagi usaha perkebunan teh di Jawa.

Teh dari Jawa tercatat pertama kali diterima di Amsterdam tahun 1835. Teh jenis Assam mulai masuk ke Indonesia (Jawa) dari Sri Lanka (Ceylon) pada tahun 1877, dan ditanam oleh R.E. Kerkhoven di kebun Gambung, Jawa Barat. Dengan masuknya teh Assam tersebut ke Indonesia, secara berangsur tanaman teh China diganti dengan teh Assam, dan sejak itu pula perkebunan teh di Indonesia berkembang semakin luas. Pada tahun 1910 mulai dibangun perkebunan teh di daerah Simalungun, Sumatera Utara. (Sumber: Petunjuk Kultur Teknis Edisi Kedua PPTK Gambung)

Sumber : http://www.rumahteh.com

teh, minuman penuh manfaat

Manfaat dan khasiat daun teh umumnya terfokus pada teh hijau asal Jepang. Soalnya ada hasil penelitian yang menunjukkan, penduduk di kawasan Shizuoka-dikenal sebagai peminum teh hijau terbanyak di Jepang dan sejak zaman nenek moyangnya memang doyan teh hijau-ternyata rendah sekali angka kematiannya akibat penyakit berbahaya seperti kanker dan jantung. Angka ini jauh lebih rendah dibanding penduduk kota-kota lain yang bukan peminum teh hijau.

Tidak aneh bila kebiasaan minum teh hijau ini menyebar ke berbagai negara termasuk Indonesia. Masyarakat Indonesia sendiri sebenarnya juga punya sejarah panjang minum teh, meski jenisnya lain dengan teh hijau Jepang.

Untunglah kemudian diketahui, bahwa tidak hanya teh hijau yang punya khasiat terhadap kesehatan. Hampir semua jenis teh ternyata berperan besar terhadap kebugaran dan kesehatan peminumnya. Para ahli yang meneliti daun teh sepakat, teh mengandung senyawa-senyawa bermanfaat seperti polifenol, theofilin, flavonoid/ metixantin, tanin, vitamin C dan E, catechin, serta sejumlah mineral seperti Zn, Se, Mo, Ge, Mg.

Semua itu tidak hanya berguna sebagai zat antimutagenik dan antikanker, mengobati gangguan saluran pencernaan, serta membantu menetralkan lemak dalam makanan, tetapi juga mencegah oksidasi lemak densitas rendah yang bisa menjadi plak, menurunkan kolesterol darah, menyegarkan pernapasan, dan merangsang batang otak.

Seperti yang diuraikan Prof Senji Sakanaka dari Jepang, pada penduduk Shizuoka jarang dijumpai kasus-kasus kanker dan jantung. Bahkan, mereka pun bisa mencapai usia di atas 80 tahun dan tetap bugar.

Zat flavonoid yang ada dalam daun teh, memang berfungsi sebagai penangkal radikal bebas yang mengacaukan keseimbangan tubuh dan menjadi salah satu pemicu kanker. Selain itu kehadiran polifenol, theofilin, dan senyawa lainnya di daun teh membantu menghambat perkembangan virus ataupun kelainan faat yang menimbulkan kanker.

Prof Itaro Oguni dari Jepang, dalam salah satu ceramahnya di ITB menyebutkan, hasil percobaan laboratorium yang dilakukannya makin menunjukkan khasiat teh ini terhadap kanker. Penambahan ekstrak daun teh telah menghambat pertumbuhan sarcoma 180 yang merupakan penyebab kanker. Pemberian ekstrak daun teh secara oral pada hewan percobaan juga menghambat pertumbuhan karsinoma pada esofagus dan lambung secara meyakinkan.

Tidak heran bila angka kematian penduduk Shizuoka karena kanker perut, lebih rendah dibanding kawasan lainnya. Seperti diketahui, kanker perut adalah penyebab kematian yang cukup tinggi di Jepang.

Namun, untuk mendapatkan khasiatnya, teh harus diminum dengan takaran yang tepat. Teh harus diseduh dengan kekentalan yang cukup, yaitu satu bungkus teh celup untuk satu cangkir. Kalau kadar teh terlalu sedikit, maka manfaatnya akan sedikit pula.

Berdasarkan hasil penelitian Dr Sirving O Keli dari Lembaga Perlindungan Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Belanda, meminum teh sebaiknya minimal 4,7 cangkir per hari. Dengan cara ini, peminumnya akan tetap bugar dan terhindar dari gangguan jantung dan kanker.

(Oleh Prof H Unus Suriawiria, Dosen Senior ITB, mendalami bioteknologi dan agro-industri)

Sumber : http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/berita/teh_minuman_penuh_manfaat

teh hijau

Teh hijau tak sekadar nikmat, tapi khasiatnya juga hebat. Betapa tidak, teh hijau mengandung Catechin polyphenol, sejenis antioksidan yang sangat kuat. Saking kuatnya, teh ini bisa menghambat pertumbuhan sel kanker, menurunkan kadar kolesterol low density lipoprotein (LDL) atau lemak ‘jahat’, dan memperbaiki sifat pembekuan darah yang tidak normal. Luar biasa ‘kan?

Ilmuwan asal negeri Matahari Terbit juga mengamini bahwa kandungan polyphenol teh hijau, mampu mengurangi risiko penyakit jantung, membunuh sel tumor, dan membantu proses pencernaan makanan. Selain itu, kandungan fluoride-nya yang dapat mencegah pertumbuhan karies pada gigi, mencegah radang gusi dan gigi berlubang. Sebab itu, usahakanlah mengkonsumsi teh hijau seusai makan.


Dengan mengkonsumsi teh hijau, kita juga bisa menjaga stamina tubuh. Ini karena kandungan teh hijau dapat membantu penguraian gula menjadi energi, sehingga kadar gula dalam darah terjaga. Atau Anda kelebihan berat badan ? Minum saja teh hijau dengan teratur, karena teh dapat mempercepat proses pembakaran kalori dalam tubuh.

Air seduhan teh hijau juga dapat digunakan untuk mengobati luka pada kulit akibat terbakar, teriris, atau terkena gigitan serangga. Caranya, celupkan kapas ke air seduhan teh hijau, dan oleskan di kulit yang terluka. Kandungan antiseptik di dalam teh hijau tidak hanya menghilangkan rasa gatal pada kulit, tapi juga meredakan pembengkakkan. Manfaat ini berlaku juga untuk kulit yang terserang jerawat, dan terpapar sinar matahari yang berlebihan. Selain itu, air teh hijau yang dioleskan ke kulit, juga dapat melembabkan dan melindungi kulit dari efek sinar matahari.


Bagi Anda yang akan memasuki usia senja, sebaiknya segera mengkonsumi minuman ‘ajaib’ yang satu ini. Ya, kandungan antioksidan dalam teh hijau, dapat melawan radikal bebas yang berpotensi merusak saraf otak seperti penyakit Alzheimer dan Parkinson. Dengan mengkonsumsi minimal dua cangkir dalam sehari, kelak di masa tua, Anda bisa terbebas dari penyakit kaum manula: pikun.


Khasiat teh hijau sangat luar biasa, karena teh ini tidak mengalami proses fermentasi—seperti teh hitam dan teh merah—sehingga kandungan antioksidannya lebih besar. Untuk memaksimalkan manfaat teh ini, siapkan air panas yang sudah mendidih dan biarkan selama tiga menit. Sesudah itu, tuangkan air yang mulai menghangat itu ke dalam gelas yang telah diisi bubuk teh hijau. Dinginkan hingga tiga menit, sebelum diteguk.


Teh hijau tak hanya kaya akan kandungan antioksidan, tetapi juga bisa meningkatkan kekebalan tubuh. Bahkan, berdasarkan penelitian dari para pakar di Universitas Alexandria, Mesir, teh hijau mampu mengenyahkan bakteri dan kuman yang paling super sekalipun. Mengkonsumi teh hijau bersama dengan obat antibiotik, akan meningkatkan kerja antibiotik dan mengurangi resistensi obat pada bakteri.


Khasiat teh hijau sangat luar biasa, karena teh ini tidak mengalami proses fermentasi seperti teh hitam dan teh merah sehingga kandungan antioksidannya lebih besar. Untuk memaksimalkan manfaat teh ini, siapakan air panas yang sudah mendidih dan biarkan selama tiga menit. Sesudah itu, tuangkan air yang mulai menghangat itu ke dalam gelas yang telah diisi bubuk teh hijau. Dinginkan hingga tiga menit, sebelum diteguk.

sumber : http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2008/07/11/14375756/teh.hijau.bikin.antibiotik.makin.ampuh

ashitaba (seledri jepang)

Ashitaba/Anjelica adalah tanaman asli dari Jepang dikenal sebagai “Harta Karun” dan “Raja Sayur Mayur”. Menurut sejarah orang Jepang Ashitaba merupakan tanaman untuk panjang umur yang dulu dicari-cari oleh kaisar pertama Cina dari Dinasti Chin. Pada masa-masa jaman edo, Hachi Jo Islan Ashitaba juga dikenal sebagai jamu-jamuan Umur Panjang. Karena daya hidupnya yang kuat, bila dipetik daunnya hari ini maka daun muda yang baru akan bertunas esok harinya.

Ashitaba, termasuk jenis tumbuhan dari rumpun selecxi (celery). Jenis tanaman tahunan yang bisa mencapai umur 4 tahun. Banyak bunga putihnya merekah di musin gugur setelah menanamnya selama 3 tahun. Bunga putih ini mengingatkan mahkota bidadari. Tidak salah jika nama latinnyapun berarti bidadari. Banyak jamu-jamuan medis dari Radix Ashitaba sebagai dasar utama dari pengobatan resep china. Kandungan Beta Carotene pada Ashitaba lebih tinggi dibandingkan sayuran warna hijau maupun kuning. Di Indonesia bisa tumbuh di daerah puncak atau yang berhawa dingin. Yang sudah banyak membudidayakan ashitaba adalah masyarakat Lombok - Nusa Tenggara Barat.

Berdasarkan hasil penelitian dr. Okuyama dari Tokyo Meiji University of Pharmacy , ashitaba dapat mengobati :
a. penyakit hati,
b. kanker paru
c. kanker kulit.
d. glukoma,mata minus plus dan katarak

Penelitian dari dr. Yoshiko Inamoro dari Osaka University of Pharmacy, menyimpulkan bahwa ashitaba dapat mencegah pembekuan darah serta memperkuat sistem kekebalan tubuh.

Ashitaba adalah sayuran hijau daun yang membersihkan, penuh nutrisi dan kaya serat, tinggi kandungan flavonoid antioksidan (chalcones) yang dapat mengurangi kerusakan sel akibat radikal bebas dan meningkatkan peredaran darah. Chalcones sebagai antioksidan yang aktivitasnya melebihi anggur merah, kedelai dan teh hijau.

Ketika ashitaba digunakan dalam produk kulit akan menghasilkan kulit yang lentur, bebas dari kulit berkerut. Ashitaba dapat menyembuhkan kulit mati yang menyebebakan warna kulit memudar atau pori-pori yang membesar. Ashitaba bersifat anti-bakterial dan anti-inflamasi sehingga tidak menyebabkan iritasi dan kulit memerah. Ashitaba dapat menyembuhkan luka, jerawat, goresan, gigitan serangga dan borok.

Ashitaba dapat mencegah infeksi dan melindungi kulit dari kerusakan yang disebabkan oleh sinar matahari. Sesuai untuk semua jenis kulit, termasuk kulit sensitif dan kombinasi. Anti jamurnya dapat bekerja pada kaki atlit dan sesuai untuk kulit. Ketika ashitaba digunakan pada produk rambut dan kulit kepala akan melembabkan dan meminyaki kulit, dapat merangsang pertumbuhan rambut yang bersinar, banyak dan kuat.

Sebagai makanan, ashitaba terdiri dari vitamin A, B, B2, C, B12, besi dan potassium. Ashitaba termasuk dalam sayuran hijau paling populer di Jepang. Ashitaba baik untuk penglihatan, dapat menurunkan kolesterol dan tekanan darah, dapat mencegah kanker, memurnikan darah, detoksifier (pengeluaran racun) dan lain sebagainya.

Ashitaba adalah lactogate dan sebagai detoksifier dapat mengeluarkan logam berat seperti merkuri, timbal dan sebagainya yang dapat ditemukan pada air susu ibu (ASI) dan dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Ashitaba dapat memperbaiki fungsi organ, khususnya untuk hati dan ginjal. Dapat meningkatkan metabolisme untuk mengontrol berat badan dan menurunkan kadar gula darah, mempertinggi kemampuan badan untuk melawan penyakitnya sendiri.

bahaya pemanis buatan aspartame tak kalah dengan formalin

Aspartame adalah nama umum dari produk yang bernama NutraSweet, Equal, Spoonful, Equal-Measure, dan Tropicana Slim. Aspartame atau pemanis buatan, biasa ditemukan sebagai bahan pemanis dalam beberapa makanan dan minuman di sekitar kita. Namun banyak orang belum mengetahui efek samping negatif dari aspartame yang tidak bisa disepelekan sama dengan makanan yang mengandung formalin.

Efektif Mengenyahkan Serangga

Coba Anda membeli produk makanan ringan terkenal atau membeli minuman yang manis rasanya di supermarket, terus perhatikan labelnya, akan tercantum nama aspartame di sana. Selain itu, para profesional kesehatan juga menganjurkan aspartame sebagai gula yang aman bagi penderita diabetes. Namun, tahukah Anda bahwa aspartame ternyata efektif digunakan sebagai racun semut.

Pernah terjadi, seseorang memiliki masalah hama semut di kamar mandinya. Sadar akan pengaruh aspartame sebagai bahan kimia yang beracun, suatu hari dia menaburkan aspartame di tiap pojok kamar mandinya. Ternyata usahanya berhasil. Dia tidak melihat semut-semut ada di kamar mandinya lagi.

Aspartame juga efektif untuk mengenyahkan masalah semut merah (biasanya tidak mempan dengan berbagai racun). Tidaklah heran jika aspartame bekerja bak racun serangga, karena asam asparctic yang terkandung dalam produk beracun telah terbukti bersifat exitotoxin yang menyebabkan sel-sel otak menjadi cepat mati, sama seperti yang terjadi dengan kasus semut-semut tadi.

Efek Merusak pada Manusia Tak Kalah dengan Formalin

Jika tadi adalah contoh efek negatif aspartame terhadap semut, berikut adalah penuturan para ahli mengenai efek negative aspartame bagi manusia yang cukup mengerikan dan tak kalah dengan bahayanya formalin.

“Aspartame (NutraSweet) merusak secara pelan-pelan dan tak terasa bagi tubuh dan itulah alasan mengapa kita harus menghindarinya. Akan diperlukan satu tahun, lima, 10 atau 40 tahun, tapi dalam jangka panjang akan nampak perubahan yang menyebabkan penyakit ringan maupun berat. Aspartame punya efek yang mendalam pada mood seseorang, kecemasan, pusing, kepanikan, mual, iritabilitas, gangguan ingatn dan konsentrasi.” Ralph Walton, M.D

“Saya telah mengamati adanya masalah kerusakan intelektual yang berat sehubungan dengan penggunaan produk-produk aspartame. Biasanya bermanifestasi dalam susah membaca dan menulis, susah mengingat, sering lupa waktu, tempat bahkan orang lain yang pernah dia kenal. Banyak efek dari aspartame begitu serius termasuk kejang-kejang dan kematian. Efek lainnya yaitu: sakit kepala/migraine, pusing, sakit persendian, mual, mati rasa, kejang otot, kegemukan, gatal-gatal, depresi, kelelahan, lekas marah, tachycardia, insomnia, kebutaan, ketulian, jantung berdebar, sesak nafas, kecemasan, gangguan berbicara, kehilangan indra pengecap, telinga berdengung, vertigo, dan lupa ingatan.” H. J. Roberts, M.D.

Referensi:
http://articles.mercola.com/sites/articles/archive/2006/09/05/got-an-ant-problem-use-aspartame.aspx
http://proliberty.com/observer/20060612.htm
http://www.newswithviews.com/NWVexclusive/exclusive27.htm
http://articles.mercola.com/sites/articles/archive/2004/01/07/aspartame-disease-part-two.aspx

Oleh : Dt. Andreas Hermawan
http://healindonesia.wordpress.com/2008/10/04/bahaya-pemanis-buatan-aspartame-tak-kalah-dengan-formalin/

aspartam : si "manis" yang bermasalah

Coba perhatikan komposisi bahan pada bungkus-bungkus makanan jadi di sekitar kita, terutama yang berembel-embel kata “diet”, “rendah kalori”, atau “bebas gula”. Apa yang Anda lihat di sana? Aspartame, aspartame, lagi-lagi aspartame? Kalau begitu mungkin Anda perlu berhati-hati, apalagi kalau makanan-makanan ini termasuk yang sering Anda konsumsi.

Tapi tunggu dulu, sebenarnya aspartame ini makhluk apa sih? Kok dia begitu merajai produk makanan yang ada di pasaran?

Aspartame adalah bahan pemanis rendah kalori pengganti gula biasa (sukrosa) yang ditemukan secara tidak sengaja pada tahun 1965 oleh James Schlatter, peneliti yang pada waktu itu bekerja di G.D.Searle and Co. dan sedang berusaha mencari obat baru untuk luka dalam. Ketika ia menjilat jarinya untuk memudahkannya mengambil selembar kertas, Schlatter menyadari betapa manisnya rasa senyawa sintesis yang telah ia buat. Senyawa inilah yang kemudian diberi nama aspartame, yang telah menjadi bagian menu sehari-hari masyarakat modern.

Kita bisa merasakan rasa manis kalau molekul yang tepat melekat pada reseptor, yaitu struktur penerima stimulasi dari luar, yang terdapat pada membran sel lidah. Melekatnya molekul ini memicu proses berantai yang pada akhirnya menghasilkan zat transmisi saraf. Zat ini berfungsi sebagai sinyal yang memberi tahu otak bahwa kita sedang memakan sesuatu yang manis. Jadi sebenarnya, zat apapun yang melekat dengan pas pada reseptor rasa manis kita, akan dianggap gula oleh otak. Itulah sebabnya kenapa selain aspartame masih banyak lagi pemanis buatan, di antaranya saccharin, sorbitol, acesulfame potassium dan lain-lain. Struktur, golongan, bahan dasar dan harganya yang berbeda-beda membuat dunia pemanis buatan semakin marak. Kadar rasa manisnya yang beratus-ratus kali lipat gula biasa membuatnya menjadi bahan makanan tambahan yang tepat ditinjau dari segi komersil. Para produsen minuman kaleng dapat menggunakan lebih banyak air dan menurunkan ongkos produksi, disamping itu para konsumen pun dapat mengurangi jumlah kalori yang mereka konsumsi dan menjaga berat badan atau kadar gula darah bagi penderita kencing manis.

Gula biasa dicerna dan masuk ke dalam siklus metabolisme tubuh untuk kemudian diubah menjadi kalori. Kalori yang berlebihan dan tidak terpakai disimpan sebagai lemak. Sementara itu saccharin dan acesulfame tidak tercerna dan berarti tidak menjadi kalori sama sekali.

Berbeda dengan saccharin dan acesulfame yang akhirnya disingkirkan begitu saja, di dalam tubuh aspartame, yang lebih mudah disintesis ini, kembali diubah menjadi 3 komposisi dasarnya: phenylalanine, aspartate dan methanol. Inilah yang menyulut perdebatan sengit seputar aspartame yang sampai sekarang pun masih belum benar-benar terselesaikan.

Phenylalanine adalah asam amino yang tidak dapat dicerna oleh penderita phenylketonuria (PKU). Penderita PKU tidak mempunyai enzim yang dapat mencerna phenylalanine menjadi zat transmisi saraf. Akibatnya phenylalanine terakumulasi dalam jaringan saraf dan dapat menyebabkan cacat mental.

Efek buruk aspartame terhadap penderita PKU yang sudah jelas ini masih dapat diatasi dengan label tambahan yang memperingatkan penderita PKU untuk tidak mengkonsumsi produk tersebut. Yang jadi masalah ialah efek aspartame yang masih belum jelas: phenylalanine dilaporkan dapat menyebabkan kejang-kejang dan dan didegradasi menjadi diketopiperazine (DKP), zat penyebab tumor; methanol yang terakumulasi dalam tubuh dapat merusak saraf mata dan menyebabkan kebutaan. Selain itu methanol juga diubah menjadi formaldehida (zat pengawet mayat) dan asam format (zat racun semut rangrang). Aspartate juga dilaporkan telah menyebabkan otak tikus-tikus percobaan berlubang.

Di Amerika, di mana kegemukan sudah menjadi masalah nasional dan bukan hanya problem pribadi, laporan-laporan miring mengenai aspartame ini cukup menggegerkan. Grafik kasus kanker payudara menunjukkan peningkatan yang selaras dengan peningkatan penggunaan aspartame dalam produk makanan jadi, suatu fakta yang lagi-lagi menambah alasan mengapa aspartame harus dicurigai.

Saccharin adalah pemanis buatan yang ditemukan pertama kali pada tahun 1879. Pemanis buatan yang kurang populer ini tiba-tiba saja menjadi bahan pokok penduduk sipil ketika semua gula yang ada dikirim ke medan perang untuk konsumsi para tentara pada Perang Dunia I. Namun pada saat Perang Teluk tahun 1991, aspartame-lah yang dikirim dalam kemasan minuman kaleng diet soda. Panasnya terik matahari mengkatalisasi proses kimia yang memecah aspartame menjadi komponen-komponen mautnya. Semakin banyak orang yang curiga kalau aspartame adalah biang keladi Gulf War Syndrome, penyakit yang menggerogoti veteran Perang Teluk dengan gejala-gejala seperti sakit kepala, gangguan pernafasan dan rasa lelah yang berlebihan.

Debat seputar aspartame masih belum dapat terselesaikan karena masih belum ditemukan bukti langsung yang menunjuk aspartame sebagai penyebab kesemuanya ini. Mungkin saja para veteran Perang Teluk mengisap gas beracun di medan perang, siapa bilang jumlah aspartame yang kita konsumsi sudah mencapai dosis yang membahayakan? Kira-kira begitulah komentar para pendukung aspartame. Sementara itu kepentingan komersil lebih diutamakan dan aspartame tetap mempertahankan posisinya dalam daftar resmi bahan makanan tambahan..

Beberapa link untuk referensi selanjutnya
http://aspartamekills.com/mpvalley/
http://www.caloriecontrol.org/sorbitol.html
http://www.aspartame-info.com/

Sumber : http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/berita/si_manis_yang_bermasalah/

aspartam

Apakah Aspartam itu ?

Aspartam adalah pemanis rendah kalori yang aman digunakan sebagai pengganti gula tebu di berbagai makanan dan minuman rendah kalori. Aspartam umum terdapat di makanan dan minuman yang kita konsumsi seperti permen bebas gula, pengganti gula pasir, minuman soda yang bertuliskan “diet”, dll.


Terdiri dari apakah aspartam itu ?

Aspartam terdiri dari dua asam amino yaitu: asam aspartik dan fenil alanin. Asam amino adalah gugus pembentuk protein. baik asam aspartik maupun fenil alanin adalah asam amino esensial yaitu zat yang selalu dibutuhkan tubuh karena tidak dapat dihasilkan sendiri oleh tubuh. Asam aspartik dan fenil alanin juga terdapat di berbagai makanan yang selalu kita makan sehari-hari seperti daging sapi, ayam, telur, gandum, kacang-kacangan, tahu, tempe, susu, keju, dll.


Berbahayakah Fenin alanin itu ?

Fenin alanin pada aspartam tidak berbahaya. Fenil alanin justru merupakan salah satu dari delapan asam amino esensial yang diperlukan tubuh untuk pertumbuhan, regenerasi, dan untuk fungsi faal tubuh. Fenin alanin tidak menumpuk di tubuh. Pada proses penyerapan makanan, fenil alanin diserap dan melalui metabolisme tubuh secara normal sama seperti makanan pada umumnya yang juga mengandung fenil alanin seperti daging, gandum dan kacang-kacangan.

Apakah saya aman untuk mengkonsumsi suatu produk yang mengandung fenin alanin ?

Jika tidak menderita phenyl ketonuria, anda aman untuk mengkonsumsi produk tersebut.


Apakah Phenyl Ketonuria (PKU) itu ?

PKU adalah suatu penyakit kelainan metabolisme tubuh yang disebabkan karena tubuh kekurangan suatu enzim yang diperlukan untuk mencerna salah satu asam amino, yaitu fenin alanin. Oleh karena itu penderita PKU tidak boleh mengkonsumsi aspartam karena kandungan fenin alanin-nya dapat menumpuk di tubuh. PKU merupakan penyakit keturunan yang sangat jarang, yang kemungkinannya 1 berbanding 15000 orang. Penderita PKU tidak dapat makan makanan seperti orang normal, mereka harus mengikuti diet yang ketat makanan rendah protein dan dibantu dengan formula khusus berbentuk makanan cair. Penderita PKU tidak boleh mengkonsumsi produk yang mengandung aspartam.


Tahu dari mana saya tidak menderita Phenyl Ketonuria ?

Bila anda sampai sekarang dapat memakan makanan berprotein (seperti daging, telur, roti, kacang-kacangan, susu, keju dll) tanpa terjadi gejala kerusakan otak, kemunduran mental, hilangnya pigmentasi pada kulit, rambut, dan mata, berarti anda tidak mengidap phenyl ketonuria.


Apakah wanita hamil aman mengkonsumsi Makanan yang Mengandung Aspartam ?

Wanita hamil secara umum aman mengkonsumsi makanan yang mengandung aspartam. Wanita hamil yang mengidap PKU dan wanita hamil dengan kadar fenin alanin yang tinggi saja yang tidak boleh mengkonsumsi makanan yang mengandung aspartam. Bila dokter kandungan tidak melarang anda mengkonsumsi makanan yang mengandung fenin alanin seperti daging, gandum dan kacang-kacangan, berarti anda juga aman mengkonsumsinya.


Mengapa Suatu Produk memakai aspartam dan apa manfaatnya ?

Penggunaan aspartam pada suatu produk memberikan rasa manis tanpa efek samping yang berbahaya seperti yang ditimbulkan oleh pemanis yang berasal dari gula tebu. Keuntungan penggunaan aspartam diantaranya adalah aspartam tidak menyebabkan gigi berlubang, tidak menyebabkan naiknya kadar gula darah pada penderita diabetes, tidak menyebabkan kegemukan, tidak menyebabkan naiknya tekanan darah, aspartam tidak bersifat asam.

Mengapa ada label peringatan dicantumkan pada produk tersebut ?

Walaupun secara fakta, keamanan penggunaan aspartam adalah 99,9933% (dari 15.000 orang hanya 1 orang yang mengidap phenyl ketonuria), badan kesehatan di berbagai negara (termasuk badan POM Indonesia) menganjurkan untuk menuliskan label peringatan tersebut. Di Amerika dan negara maju lainnya, label bertuliskan “WARNING: PHENYLKETONURICS-CONTAINS PHENYLALANINE” sudah tidak asing lagi ditemukan di berbagai kemasan makanan-makanan rendah kalori yang bermutu (seperti pada kemasan es krim, permen, gula rendah kalori dll). Dengan menuliskan label tersebut, justru konsumen tahu bahwa perusahaan pembuat makanan tersebut benar-benar transparan, bermutu, dan peduli pada keamanan konsumen.

Apakah ada badan kesehatan yang terpercaya yang menyatakan bahwa aspartam itu aman?


Aspartam telah digunakan sejak tahun 1965 dan telah melalui riset yang intensif selama lebih dari 40 tahun dari banyak badan pengawas kesehatan di dunia. Badan kesehatan dunia dari PBB, World Health Organization menyatakan bahwa aspartam aman dan tidak menyebabkan tumor otak. Lihat http://www.who.int/medicines/library/pnewslet/dmp_pn5697.html.


Badan kesehatan di Amerika Serikat, U.S. Food dan Drug Administration (FDA), telah melakukan riset, penelitian, dan monitoring secara kontinyu, menyatakan bahwa aspartam aman digunakan dalam makanan.Lihat http://www.fda.gov/bbs/topics/ANSWERS/ANS00772.html, (http://www.fda.gov/fdac/departs/2002/302_ltrs.html)

U.S. FDA’s Center for Food Safety and Applied Nutrition, yaitu cabang dari FDA yang melindungi keamanan dan kesehatan publik dengan cara memastikan bahwa makanan aman, bernutrisi dan berguna, menyatakan aspartam aman digunakan pada makanan. Lihat http://vm.cfsan.fda.gov/~dms/qa-adf9.html, http://www.cfsan.fda.gov/~dms/whalrg1.html

U.K. Food Standards Agency, badan pemerintah Inggris sebagai pengawas kesehatan makanan mengakui keamanan dari penggunaan aspartam. Lihat http://www.foodstandards.gov.uk/news/newsarchive/2002/dec/aspartamereview; http://www.food.gov.uk/safereating/additivesbranch/sweeteners/55174)

French Food Safety Agency (AFSSA), badan kesehatan Perancis, menyatakan keamanan dari aspatram (softkopi dari dokumen asli dapat dilihat di www.aspartame.org/pdf/AFSSA-eng.pdf

Badan POM Indonesia telah memberikan ijin penggunaan aspartam di berbagai produk sehari-hari yang terjual secara umum.

Masih banyak lagi badan-badan pengawas keamanan makanan dari pemerintahan di berbagai negara di dunia yang menyatakan aspartame itu aman. Anda dapat membaca rangkumannya di www.aspartame.org/aspartame_experts_regulatory.html

Aspartame juga dinyatakan aman dan berguna oleh organisasi independen profesional dunia. Alzheimer’s Association, lembaga dunia yang berkecimpung dan melakukan riset tentang kepikunan (alzheimer), menyatakan bahwa aspartame tidak menyebabkan kepikunan (http://www.alz.org/AboutAD/Myths.asp).

American Cancer Society menyatakan bahwa aspartame tidak menyebabkan kanker
http://www.cancer.org/docroot/ped/content/ped_1_3x_aspartame.asp.
American Diabetes Association menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara aspartame dan problem kesehatan yang berhubungan dengan diabetes. http://www.diabetes.org/nutrition-and-recipes/nutrition/sweeteners.jsp.
Lupus Foundation of America menyatakan bahwa aspartame tidak menyebabkan lupus dan aman digunakan untuk penderita lupus http://www.lupus.org/education/faq.html#22.

Masih banyak lagi badan-badan independen dunia seperti Multiple Sclerosis Foundation, National Parkinson Foundation, dll yang menyatakan keamanan dari aspartame (dapat dilihat rangkumannya di www.aspartame.org/aspartame_experts_science.html).

Berapa Dosis yang diperbolehkan setiap hari ?

Sama seperti hal-hal lain, bahwa sesuatu hal bila terlalu banyak tidak akan baik untuk kesehatan kita (seperti juga terlalu banyak makan gula/daging/telur, dan lain-lain). Menurut FSA di web www.fsa.gov.uk bahwa Acceptance Day Intake (ADI) aspartame untuk semua golongan usia adalah 40 mg per kilogram berat badan per hari. Jadi bila berat anda 60 kg, maka ADInya adalah 2400 mg.


Saya mendengar kabar bahwa aspartame itu berbahaya dan menyebabkan kanker, benarkah hal itu ?

Mana yang lebih anda percaya, gosip dan mitos yang tidak berdasarkan fakta, atau penelitian puluhan tahun yang dilakukan oleh badan-badan dunia yang memiliki integritas? Pilihan ada di tangan anda. Anda telah melihat faktanya di atas bahwa badan-badan kesehatan dunia dari pemerintahan dan lembaga-lembaga independen telah menyatakan bahwa aspartame aman untuk dikonsumsi.

Dikutip dari buku: Sehat Alami, published by Tiens Group

pemanis sintetik, amankah ?

SIAPA yang tidak suka rasa manis ? Rasa manis terbukti menjadi kegemaran manusia sejak dulu. Bagian yang mempunyai rasa manis sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk memperkaya citarasa. Dulu, untuk menghasilkan rasa manis, orang biasa menambahkan gula. Tapi, kini pemanis ada banyak macam. Salah satunya adalah pemanis nonkalori atau pemanis sintetik. Orang lebih mengenalnya dengan nama pemanis buatan.

Pemanis sintetik merupakan zat yang dapat menimbulkan rasa manis atau dapat meningkatkan rasa manis, sedangkan kalori yang dihasilkannya jauh lebih rendah daripada gula. Pemanis sintetik mempunyai senyawa kimia yang mempunyai rasa manis. Tetapi, pada tingkat kemanisan yang sama dengan gula, pemanis sintetik hanya mengandung 2 persen kandungan kalori gula. Artinya, kandungan kalorinya jauh lebih rendah daripada gula. Tingkat kemanisan pemanis sintetik berkisar 50–3.000 kali lebih tinggi dari gula.

Bagi Penderita Diabetes

Dalam industri pangan, pemakaian pemanis sintetik sangat menguntungkan karena konsumsi dalam jumlah kecil menghasilkan rasa manis yang tinggi. Untuk konsumsi sehari-hari terdapat juga dalam kemasan siap pakai untuk satu cangkir minuman dikenal dengan sebutan table-top sweetener.

Selain keuntungan ekonomis, pemanis sintetik tidak menimbulkan kerusakan gigi. Gula biasanya diubah menjadi asam oleh mikroba mulut. Pada beberapa macam pemanis sintetik terdapat rasa pahit setelah ditelan seperti pada sakarin, steviosida, dan neohesperidin DC. Rasa pahit ini disebabkan karena struktur kimia dari pemanis sintetik, di mana rasa pahit akan selalu menyertai rasa manis. Untuk mengurangi hal tersebut, biasanya pemanis dijual dalam bentuk kombinasi dengan pemanis lain. Misalnya sakarin dijual dalam campuran siklamat atau steviosida dengan gula sukrosa.

Penggunaan pemanis sintetik ini biasanya dipakai bagi penderita diabetes atau penyakit lainnya. Tujuannya agar konsumsi karbohidrat dan kalori dapat dikontrol dengan baik. Penderita diabetes biasanya harus menghindari konsumsi glukosa dan sukrosa karena keduanya dapat menaikkan gula dalam darah. Dengan mengganti gula dengan pemanis nonkalori, penderita diabetes dapat memenuhi kebutuhan zat-zat gizi yang lain dengan aman. Selain untuk penderita diabetes, ternyata dalam perkembangannya pemanis sintetik digunakan untuk menurunkan berat badan (diet), kegemukan, dan menghindari kerusakan gigi.


Permasalahan lain yang muncul dengan menjamurnya restoran fast food adalah obesitas atau kegemukan, yang sering dihubungkan dengan tekanan darah tinggi, penyakit jantung koroner, dan kenaikan kolesterol dalam darah. Ternyata dengan pemanis sintetik, makanan tetap dapat enak disantap dengan kalori yang rendah. Dalam penelitian dibuktikan, penggantian 100 gram gula pasir per hari dengan pemanis sintetik dapat mengurangi konsumsi 400 kalori per hari. Di negara-negara maju pemanis sintetik sangat disukai terutama untuk mencegah kerusakan gigi.


Beberapa Jenis Pemanis Sintetis


Sebagian besar sumber rasa manis diperoleh dari pemanis berkalori yang tergolong dalam karbohidrat. Jenis-jenisnya antara lain gula (sukrosa), yang merupakan penyumbang rasa manis yang terbesar di dunia. Selain pemanis berkalori, sejak se-abad lalu mulai diperkenalkan pemanis sintetik yang dikenal dengan sakarin.

Sekarang ini ada beberapa jenis pemanis sintetik seperti siklamat, aspartam, asesulfam K, taumatin, neophesperidin DC, monelin, glisirizin, neotam, dan lain-lain. Dari jenis-jenis tersebut hanya beberapa yang boleh diproduksi, sedangkan yang lainnya masih dalam penelitian. Yang sekarang banyak di pasaran adalah siklamat, sakarin, aspartam, neotam, dan steviosa.


Siklamat adalah garam natrium dan kalsium siklamat yang mempunyai kemanisan 30 kali lebih tinggi dari gula. Siklamat sangat disukai karena rasanya yang murni tanpa cita rasa tambahan. Kelebihan lainnya, siklamat mampu memberi tingkat kemanisan lebih tinggi jika dicampur dengan sakarin, sekaligus menutupi rasa pahit sakarin.

Sedangkan sakarin merupakan pemanis sintetik yang paling banyak dipakai dalam bahan makanan. Perpaduan garam natrium dan kalsium sakarin ini pada konsentrasi 10 persen dalam larutan mempunyai tingkat kemanisan 300 kali lebih tinggi daripada gula. Namun, sakarin mempunyai rasa tambahan sedikit pahit. Oleh karena itu, dalam pemakaiannya sering dicampur siklamat.

Aspartam secara perlahan akan menggantikan sakarin. Pertama kali ditemukan oleh James Schslatte pada tahun 1965 sebagai hasil percobaan yang gagal. Aspartam yang kemanisannya 200 kali dari gula tidak mempunyai rasa tambahan. Secara kimia, aspartam merupakan campuran dua asam amino alami yaitu asam aspartat dan fenilalanin. Namun, aspartam dapat dibuat secara sintetis di laboratorium.

Dari segi gizi, aspartam dapat diurai oleh tubuh menjadi kedua asam amino tersebut dan termasuk pemanis nutritif. Hanya, aspartam tidak tahan suhu tinggi, karena pada suhu tinggi aspartam terurai menjadi senyawa yang disebut diketopiperazin yang meskipun tidak berbahaya bagi tubuh, tetapi tidak lagi manis. Karena itu, aspartam tidak dipakai dalam produk bakery dan dipakai hanya untuk minuman, es krim, dan yoghurt. Jika dicerna secara normal oleh tubuh, aspartam akan menghasilkan asam aspartat dan fenilalanin. Dengan demikian, aman untuk dikonsumsi.

Namun, untuk penderita penyakit keturunan phenyketonurea (PKU), akumulasi fenilalanin bisa menyebabkan kerusakan pada otak karena tidak dapat mencerna aspartam. Aspartam dapat menumpuk dalam darah dan meracuni penderita PKU. Biasanya, dalam label dicantumkan peringatan untuk penderita PKU. PKU adalah penyakit yang disebabkan ketiadaan enzim yang diperlukan untuk mengurai fenilalanin (yang merupakan asam amino).

Sebagian besar pemanis sintetik merupakan senyawa sintetis yang dibuat secara kimiawi atau dari bahan alami tetapi mengalami pengolahan lebih lanjut untuk menghasilkan rasa manis yang diinginkan. Namun, ada juga pemanis sintetik yang diekstrak dari bahan alami, antara lain steviosida dan taumatin. Steviosida diolah dari daun stevia, sedangkan taumatin dari buah katemfe yang tumbuh di Afrika Barat.


Pedoman Tingkat Mutu


Beberapa hal yang dapat dijadikan pedoman untuk mengukur tingkat mutu pemanis sintetik antara lain dari bentuknya. Pemanis sintetik tidak berwarna, tidak berbau, dan memiliki rasa manis yang sama dengan gula, namun rasa manisnya tidak tahan lama.

Dari segi kimia, pemanis sintetik harus dapat larut dalam air dan mudah dipadukan dengan berbagai senyawa kimia. Jika diolah dalam teknologi tinggi, pemanis sintetik tahan terhadap suhu tinggi (pemanasan, penggorengan, perebusan, pemanggangan), dan suhu rendah (pendinginan dan pembekuan). Selain itu, juga tahan terhadap asam dan cahaya.


Yang tak kalah penting adalah keamanan pemanis sintetik. Pemanis sintetik harus tidak beracun, dapat dicerna secara baik oleh tubuh dan dapat dikeluarkan dari tubuh secara utuh hingga tidak menimbulkan efek samping. Yang perlu diingat, pemanis sintetik bersifat aman jika dikonsumsi sesuai dengan petunjuk label. Efek samping akan muncul jika pemanis sintetik dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan.


Biasanya, pada tiap bahan pemanis sintetik terdapat nilai konsumsi per hari yang diizinkan atau lebih dikenal dengan ADI (allowed daily intake). Misalnya konsumsi sakarin, untuk orang dewasa 0–5 mg/kg berat badan, sedangkan siklamat 0–50 mg/kg berat badan. Jadi, seseorang dengan berat badan 55 kg dapat mengkonsumsi sakarin maksimal 275 mg. Sedangkan untuk konsumsi anak-anak biasanya lebih rendah dari orang dewasa yaitu nilai konsumsi yang diizinkan dewasa dibagi 2,5.


Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemanis sintetik yang sudah diizinkan dan beredar di pasaran jika dikonsumsi dalam jumlah yang cukup rendah tidak akan mempunyai efek samping yang tinggi.***


Dr. Yusep Ikrawan,
Staf Pengajar Jurusan Teknologi Pangan Fakultas Teknik Universitas Pasundan. http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/092006/14/cakrawala/utama01.htm

cara sehat mencintai si "manis"

Sadarkah Anda, bahwa masih ada si-“manis” lainnya yang selalu mengisi kehidupan Anda. Ya…si- “manis” itu adalah gula. Pernahkah Anda menghitung berapa sendok gula yang Anda konsumsi hari ini. Belum lagi gula yang terdapat dalam snack sore yang biasa Anda konsumsi.

Rasa manis memang terbukti digemari banyak orang, dan mungkin termasuk Anda. Bagi beberapa orang makanan manis bahkan dapat membuat mood menjadi lebih baik. Sehingga, tanpa disadari, Anda tidak henti-hentinya mengkonsumsi makanan manis untuk meningkatkan mood, terutama ketika Anda dikejar deadline.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di University of North Carolina Amerika Serikat, tingkat kegemaran terhadap rasa manis ternyata berpengaruh terhadap mood dan kontrol makan. Orang yang sangat menyukai rasa manis cenderung mengalami efek perubahan mood yang kuat pada saat mengkonsumsi makanan manis. Hal ini membuat mereka semakin banyak, bahkan cenderung lepas kontrol dalam mengkonsumsi makanan manis tersebut.

Apakah Semua Orang Sama ?

Tidak! Karena respon terhadap rasa manis dari masing-masing orang juga berbeda-beda. Rasa manis mempengaruhi seseorang dengan mekanisme yang berhubungan dengan faktor genetik. Setiap orang memiliki faktor genetik yang berbeda-beda, salah satu gen yang diketahui mempengaruhi respon rasa manis adalah gen TAS2R38.

Ini bukan nomor plat mobil atau kode rahasia negara, melainkan suatu kode genetik yang akhir-akhir ini ditemukan berkaitan dengan tingkat kegemaran rasa manis pada anak-anak Selain itu, respon rasa manis yang berbeda-beda juga berkaitan dengan proses aktivasi area pada otak manusia yang disebut sistem opoid. Walaupun demikian, penjelasan-penjelasan ilmiah ini dirasa belum cukup untuk menjelaskan perubahan mood dan selera manusia yang memang kompleks.

Kalori Kosong

Makanan manis biasanya mengandung glukosa dengan kadar yang tinggi. Masuknya glukosa dalam jumlah yang tinggi (lebih besar daripada kalori yang dikeluarkan) akan menyebabkan glukosa tidak digunakan sebagai sumber energi dan tersimpan sebagai lemak di dalam sel. Penumpukan lemak inilah yang menyebabkan kelebihan berat badan atau obesitas. Ingat bahwa obesitas erat kaitannya dengan berbagai macam penyakit, di antaranya diabetes dan penyakit kardiovaskuler.

Karena itu, berhati-hatilah mengkonsumsi makanan yang manis jika Anda masih menyayangi diri Anda.


pembuatan gula non karsinogenik non kalori dari daun stevia

Salah satu bahan makanan yang cukup banyak dikonsumsi adalah bahan pemanis. Ada dua macam bahan pemanis yaitu bahan pemanis alami dan bahan pemanis sintetis. Bahan pemanis alami lebih umum digunakan, dimana yang termasuk jenis ini antara lain gula dari tebu, aren, kelapa, dan bit. Bahan sintetis walaupun tidak umum digunakan tetapi beberapa sudah dikenal, antara lain sakarin dan siklamat.

Sampai saat ini Indonesia masih belum berswasembada gula. Dari data yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistik (BPS), terlihat bahwa impor gula Indonesia, baik untuk gula alami maupun untuk gula sintetis, pada tahun 2000 cukup besar. Untuk gula alami jumlahnya mencapai 2.505.455 ton, sedang untuk gula sintetis jumlahnya 37.522 ton. Peningkatan jumlah penduduk tentunya ikut berperan dalam peningkatan konsumsi gula, dimana peningkatan produksi gula masih lebih rendah dibanding peningkatan konsumsi gula oleh masyarakat.

Di tengah kondisi impor gula tersebut, gula stevia nampaknya mempunyai peluang untuk mengisi kekurangan produksi gula. Stevia merupakan bahan pemanis non tebu dengan kelebihan tingkat kemanisan 200-300 kali dari gula tebu dan diperoleh dengan mengekstrak daun stevia (Maudy E., dkk., 1992).

Gula stevia bukanlah dimaksudkan untuk menggantikan gula tebu karena nilai kalorinya yang rendah, tetapi lebih dimaksudkan untuk menggantikan gula sintetis lainnya yang menurut berbagai penelitian bersifat karsinogenik. Karena stevia diperoleh dari tanaman maka penggunaannya lebih aman, non karsinogenik dan non kalori. Keunggulan lainnya adalah gula stevia tidak menyebabkan carries gigi, memiliki nilai kalori rendah yang cocok bagi penderita diabetes, dan tidak menyebabkan kanker pada pemakaian jangka panjang.

Daun stevia berisi glycoside yang mempunyai rasa manis tapi tidak menghasilkan kalori. Stevioside dan rebaudioside merupakan konstituen utama dari glycoside dengan gabungan dari molekul gula yang berbeda seperti yang terdapat pada tanaman stevia. Glycoside yang digunakan secara komersial dinamakan stevioside yang memberikan rasa manis 250-300 kali dari gula.

Daun stevia selain mengandung pemanis glycoside (stevioside, rebauside, dan dulcosida) juga mengandung
protein, fiber, karbohidrat, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, natrium, besi, vitamin A, vitamin C, dan juga minyak. Rasa manis pada stevia disebabkan karena dua komponen yaitu stevioside (3-10% berat kering daun) dan rebaudioside (1-3%) yang dapat dinaikkan 250 kali manisnya dari sukrosa. Stevioside mempunyai keunggulan dibandingkan pemanis buatan lainnya, yaitu stabil pada suhu tinggi (100°C), range pH 3-9, dan tidak menimbulkan warna gelap pada waktu pemasakan. Stevioside mempunyai rumus molekul C38H60O18 dan berat molekul 804,90. Apabila diurai sempurna stevioside mengandung 56,90% C, 7,51% H, dan 35,78% O.

Rebaudioside merupakan pemanis terbaik yang ada pada tanaman stevia yang memberikan rasa manis 300 kali dibanding gula. Rebaudioside dengan kemurnian tinggi diperoleh dengan kristalisasi dari ekstrak stevia dengan menggunakan teknologi pemurnian tingkat tinggi. Rebaudioside mempunyai rasa yang lebih baik dari stevioside. Kekuatan kemanisannya sekitar 30% lebih tinggi daripada stevioside tetapi jumlahnya lebih sedikit.

Pembuatan gula dari daun stevia selama ini telah dilakukan di negara-negara maju seperti Jepang dan Amerika Serikat. Di Jepang dikembangkan metode refining sweet glucoside dari daun stevia, sementara di Amerika Serikat Emperor’s Herbologist mengembangkan Natural “Aqueous Extraction” (purified water extraction, air dehydration) Process yang menghasilkan kristal stevia berwarna putih tanpa adanya warna coklat.

Gula stevia berbentuk kristal dengan besar kristal antara 0,8-1,2 mm. Mempunyai titik leleh 196-198oC dengan pH 5-6 dan densitas 1,43-1,67 gram/mL. Berdasarkan hal-hal yang telah dijabarkan di atas, maka perlu kiranya pengembangan dan penggunaan gula stevia mendapatkan perhatian lebih. Terlebih lagi karena adanya pembatasan penggunaan terhadap beberapa gula sintetis seperti sakarin dan siklamat karena bersifat karsinogeni
k.

Oleh :
Buchori, Luqman (2007) PEMBUATAN GULA NON KARSINOGENIK NON KALORI DARI DAUN STEVIA. REAKTOR, 11 (2). pp. 57-60. ISSN 0852-0798

FDA menyetujui stevia, mengakhiri era opresi terhadap pemanis herbal ini

Berita ini diupdate dari versi orisinilnya untuk mengklarifikasi status persetujuan GRAS dari FDA. Pada awalnya, kami melaporkan bahwa FDA telah memberikan persetujuan GRAS bagi stevia. Secara teknis, FDA hanya memberikan surat 'TIDAK KEBERATAN' terhadap banyak perusahaan yang setuju dan menggunakan stevia pada produknya. Dengan kata lain, FDA belum memberikan persetujuan terhadap stevia, namun hanya memberikan pernyataan bahwa tidak keberatan bila ada perusahaan yang menggunakannya dalam produk makanan dan minuman. Hal ini menempatkan stevia di 'daerah abu-abu' dan memungkinkan FDA mentargetkan beberapa perusahaan (produsen stevia skala kecil) dan membiarkan perusahaan besar lainnya (seperti Coca-Cola dan Cargill), walaupun mereka menggunakan pemanis stevia yang sama.
GRAS = Generally Recognized as Safe - Secara Umum Diketahui Aman (di Amerika Serikat).


Badan Pengelola Obat-Obatan dan Makanan Amerika Serikat (US FDA) telah mengeluarkan surat 'Tidak Keberatan' atas penggunaan pemanis alami, nol kalori, yang dulu pernah dicoba untuk dihapuskan dari pasar Amerika Serikat. Menindaklanjuti tekanan politis dari perusahaan produk konsumen besar (Coca-Cola dan Pepsi, yang paling utama), FDA telah mengalah kembali demi kepentingan dari Perusahaan Besar dan melegalkan bahan makanan dan minuman yang dahulu sangat ditentangnya.

Dalam hal ini, walaupun terlihat memihak produsen perusahaan besar, persetujuan atas bahan makanan ini juga menguntungkan konsumen. Mengapa ? Karena hal ini akan menggantikan aspartame, pemanis buatan kimiawi yang disinyalir berhubungan dengan banyak gangguan saraf, sakit kepala, gangguan penglihatan dan masalah kesehatan lainnya.

Kebijakan ini akan membuka arus produk dengan bahan pemanis stevia bagi konsumen, yang merupakan berita bagus bagi penderita diabetes atau mereka yang mencari produk pemanis yang lebih sehat dari ekstrak herbal dan bukan bahan kimiawi sintesis.

Saya telah mengumumkan prediksi atas keputusan FDA ini dua minggu sebelumnya dalam sebuah artikel yang memuat tiga puluh satu prediksi untuk tahun 2009 (www.naturalnews.com/024976.html). Persetujuan FDA atas stevia adalah prediksi #8, bagi mereka yang mengikuti. (Yang menarik adalah sedikitnya 2 dari top 13 prediksi untuk tahun 2009, telah terjadi di akhir tahun 2008!)

Kejadian seputar persetujuan FDA atas stevia menunjukkan loyalitas sebenarnya dari badan ini. Ketika stevia mengancam keberadaan dan keuntungan produsen aspartame, stevia secara rutin ditekan oleh badan tersebut. FDA merampas impor stevia di perbatasan, menghancurkan jutaan dollar produk stevia, mengancam perusahaan yang berusaha menjual stevia dengan denda, dan bahkan memerintahkan sebuah perusahaan untuk menghancurkan buku resep yang menyebutkan stevia di resep makanan pencuci mulutnya. Namun sekarang, ketika Coca-Cola dan Pepsi menginginkan stevia untuk disetujui, FDA secara tiba-tiba mengubah sikapnya dan memutuskan untuk melegalkan bahan herbal tersebut.

Sekali lagi, ini merupakan kasus langka, dimana keputusan FDA menguntungkan konsumen, namun keadaan di balik keputusan tersebut bukanlah didorong oleh kepentingan konsumen. Keputusan tersebut didorong oleh keuntungan perusahaan korporasi

http://www.bic.web.id/in/berita/artikel/125-fda-approves-stevia-ends-the-era-of-oppression-of-this-herbal-sweetener.html